11 Calon Taruna Akpol Polda NTT 2024. |
KANAWAADVANCE.COM -- Seleksi Calon Taruna (Catar) Akademi Kepolisian (Akpol) dalam Panitia Daerah Polda NTT kembali menulai kontroversi. Sistem seleksi yang terbuka membuat putra asli daerah belum mendapatkan tempat prioritas.
Hal ini menimbulkan ketidaksetaraan dalam alokasi putra daerah untuk mendapatkan pendidikan dinas kepolisian.
Dalam seleksi Catar Akpol Polda NTT tahun 2024, hanya beberapa orang yang merupakan putra asli NTT dari 11 peserta yang lolos tahap akhir. Mayoritas peserta yang lolos memiliki marga Batak.
Ironisnya, sebuah sumber menyebutkan empat diantaranya satu kampung dengan Kapolda NTT Irjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga. Mereka adalah Arvid Theodore Situmeang, Brian Lee Sebastian Manurung, Timothy Abishai Silitonga dan Madison Juan Raphael Kana Silalahi.
Hanya tiga peserta diketahui berasal dari NTT, yaitu Yudhina Nasywa Olivia (wanita) yang merupakan lulusan SMA N 1 Kupang, Mario Christian Bernalo Tafui lulusan SMA Dian Harapan Kupang dan Nurdian Alam Syah dari Manggarai Barat.
Berikut nama 11 Calon Taruna Akpol asal Panda Polda NTT tahun 2024:
- Yudhina Nasywa Olivia (Wanita)
- Arvid Theodore Situmeang
- Reynold Arjuna Hutabarian
- Mario Christian Bernalo Tafui
- Bintang Lijaya
- Ketut Arya Adityanatha
- Brian Lee Sebastian Manurung
- Timothy Abishai Silitonga
- Mochammad Rizq Sanika Marzuki
- Madison Juan Raphael Kana Silalahi
Nama-nama peserta yang lolos ini diumumkan dalam sidang akhir Panitia Daerah (Panda) Polda NTT tahun 2024 yang digelar pada 3 Juli lalu.
Sidang yang berlangsung di aula Rupatama lantai III Polda NTT tersebut dipimpin oleh Kapolda NTT didampingi oleh sejumlah pejabat penting seperti Wakapolda NTT Brigjen Pol Awi Setiyono, Irwasda Kombes Pol I Made Sunarta dan Karo SDM Polda NTT, Kombes Pol Satrya Yusada.
Sidang kelulusan ini turut dihadiri oleh para orang tua calon taruna Akpol, peserta seleksi, pengawas internal dan eksternal, serta para ketua tim seleksi.
Kabag Dalpers Biro SDM Polda NTT, AKBP Sajimin, menjelaskan bahwa seleksi ini diikuti oleh 86 peserta, terdiri dari 70 pria dan enam wanita.
Setelah berbagai tahapan seleksi yang dimulai dari pemeriksaan administrasi hingga supervisi dari Mabes Polri, hanya 20 peserta yang berhasil melanjutkan ke tahap akhir, dengan rincian 17 pria dan 3 wanita.
Mabes Polri memberikan alokasi kuota sebanyak 11 orang untuk Polda NTT, yang terbagi menjadi lima orang dari kuota Mabes dan enam orang dari kuota reguler.
Para peserta yang dinyatakan lulus akan segera berangkat ke Akpol Semarang pada akhir pekan ini untuk mengikuti seleksi di tingkat Mabes selama tiga pekan, dari 7 Juli hingga 1 Agustus 2024.
Mereka yang berhasil akan memulai pendidikan di Lemdik Akpol Semarang mulai 2 Agustus 2024 dengan durasi pendidikan selama 4 tahun.
Kapolda NTT mengapresiasi perjalanan panjang para peserta sejak Maret 2024 dan menegaskan bahwa proses seleksi telah dilaksanakan sesuai standar ISO 9007 dengan transparansi yang tinggi.
Ia juga memberikan penghargaan kepada panitia seleksi dari Biro SDM Polda NTT atas dedikasi mereka dalam menjalankan tugas dengan jujur dan teliti, yang selalu diawasi oleh pengawas internal dan eksternal untuk memastikan integritas dan objektivitas proses.
"Saya tempatkan pengawas internal dan eksternal untuk mengawasi tahapan dan proses serta hasilnya sangat baik," tandasnya.
Bagi para calon taruna yang berhasil lolos, Kapolda NTT mengingatkan untuk tetap menjaga kesiapan fisik, mental, dan akademik mereka karena tantangan berikutnya di tingkat Mabes Polri menanti.
Dia juga menekankan pentingnya untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan berharap agar semua Catar dari NTT dapat mengukir sukses di masa depan mereka.
"Jangan sia-siakan kesempatan. Saya tidak inginkan ada Catar yang kembali," tegasnya.
Meskipun ada yang tidak berhasil lolos, Kapolda mengimbau agar mereka tetap semangat dan mempersiapkan diri untuk peluang lain yang akan datang.
Dia menegaskan bahwa ini bukanlah kekalahan, melainkan sebatas keterbatasan kuota yang tersedia.
Dengan demikian, proses seleksi calon taruna Akpol di Polda NTT TA 2024 berjalan dengan baik, memberikan harapan bagi masa depan mereka dalam dinas kepolisian yang bertanggung jawab.
Tuai Kontroversi
Setelah nama-nama peserta Catar Akpol Polda NTT dirilis, muncul polemik di masyarakat. Sejumlah tokoh mengkritik system seleksi yang tidak memprioritaskan anak-anak NTT untuk masuk ke pendidikan kedinasan kepolisian.
Menanggapi berbagai kritikan tersebut, Kabid Humas Polda NTT, Kombes Pol. Ariasandy membantah jika ada tudingan "permainan" dalam seleksi Catar Akpol Panda Polda NTT tahun 2024,
“Untuk pelaksanaan seleksi sangat ketat dan transparan serta diawasi dengan ketat baik dari Polda maupun Mabes dan dari pengawas external, jadi tidak betul apabila dikatakan ada permainan," ujarnya, Jumat (5/7).
Dia mengungkapkan jika semua proses pendaftaran bersifat terbuka sesuai dengan persyaratan yang sudah ditentukan.
Pihak Polda NTT dan Mabes Polri sudah bekerja secara sesuai dengan aturan dan diawasi oleh pengawas eksternal maupun internal. Sehingga, tidak ada satu pun yang namanya ‘titipan’.
“Pendaftaran Akpol itu bersifat terbuka siapa saja boleh mendaftar asalkan sesuai dengan persyaratan yg sudah ditentukan. Hasil pelaksanaan seleksi sesuai dengan hasil penilaian masing masing peserta seleksi," tandasnya.
Dia menggarisbawahi bahwa selama proses rekrutmen bergulir, pengawasan ketat dilakukan baik dari internal maupun eksternal Polri.
"Selama pelaksanaan proses, semua tahapan diawasi secara ketat oleh pengawas internal (Itwasda dan Propam) serta pengawas eksternal dari berbagai kalangan seperti IDI, Himpsi, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Jurnalis, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pemuda dan Olahraga, LLDikti, Bidang Meteorologi," tuturnya.
Dia menyebut setiap tahapan tes dilakukan secara transparan dengan sistem one day service di mana hasilnya hari itu langsung diumumkan.
"Ujian psikologi dan akademik dilakukan menggunakan sistem CAT menggunakan fasilitas laboratorium komputer di sejumlah sekolah di Kota Kupang," ucapnya.
Lalu, Ariasandy menyebut panitia pun tidak bisa mengubah hasil perolehan nilai karena sudah diolah dalam sistem dan peserta pun sudah mengetahui nilai setiap selesai tahapan pendaftaran.
"Seluruh hasil tes langsung ditayangkan dan ditanda tangani peserta serta pengawas. Setiap habis pelaksanaan tes, peserta juga dipersilahkan mengisi survei kepuasan yang dilakukan secara terbuka," ungkapnya.
Sementara itu, Kapolda NTT menyebutkan bahwa penerimaan siswa Akpol, Bintara hingga Tamtama Polri sudah melalui mekanisme yang berlaku.
"Saya selaku Kapolda tidak bisa intervensi atau mempengaruhi hasil yang di laksanakan oleh Panitia yang diawasi oleh Internal Polri maupun pengawas eksternal dari masyarakat, perwakilan orang tua dan akademisi," katanya, Sabtu (6/7).
Di sisi lain, Anggota Komisi III DPR RI Dapil NTT 1 Benny Kabur Harman angkat bicara. Dia mendesak Panitia Seleksi Mabes Polri menjelaskan secara terbuka kepada publik, apakah benar dari 11 taruna Akpol yang dinyatakan lolos dari Polda NTT benar-benar memiliki KTP NTT.
Ataukah, NTT hanya dipakai pinjam sebagai tempat untuk sekadar memenuhi kuota setiap provinsi.
Menurut dia, penjelasan Panitai Seleksi Mabes Polri itu sangat penting untuk mencegah narasi yang kontraproduktif dan bias etnik tertentu.
“Jika perlu, diaudit prosesnya dan jika ini yang terjadi, sebaiknya 11 orang yang dinyatakan lulus ini segera dianulir,” tegasnya ketika dihubungi Selatan Indonesia, Sabtu (7/6) malam.
Politikus Demokrat asal Manggarai ini mendorong agar sistem rekrutmen taruna Akpol harus dilakukan secara terbuka, transparan, akuntabel, dan obyektif serta nondiskrinatif, jauh dari nepotisme dan titipan anak-anak pejabat.
“Tentunya dengan mempertimbangkan keadilan wilayah Nusantara dan keseimbangan daerah,” ujarnya.
Namun dia juga meminta masyarakat NTT harus menghormati proses seleksi taruna Akpol yang dilakukan.
Dia pun berjanji akan mempertanyakan sistem seleksi Catar Akpol kepada Kapolri.
“Saya akan pertanyakan masalah ini pada saat raker dengan Kapolri di masa persidangan yang akan datang,” katanya.*