Ansy Lema menunjukkan hasil panen bawang putih dari NTT di Parlemen. |
KANAWAADVANCE.COM -- Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) dari PDI Perjuangan, Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema melakukan safari politik ke Kabupaten Sikka pada 13-15 Juli 2024.
Ansy Lema memulai lawatannya di kota terbesar kedua di NTT setelah Kota Kupang ini dengan melakukan konsolidasi ke DPC PDI Perjuangan Kabupaten Sikka, kemudian silaturahmi kepada Uskup Maumere Mgr. Ewaldus Martinus Sedu, bertemu tokoh masyarakat, juga berbincang langsung dengan warga di sejumlah lokasi.
Dalam kunjungan yang dilakukan setelah secara resmi diumumkan sebagai kader PDI Perjuangan yang akan mengikuti kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTT 2024, Ansy Lema selalu menekankan kecintaannya kepada masyarakat NTT. "Beta cinta NTT," katanya berulang-ulang.
Kecintaan itu terutama dia tuangkan dengan memberikan perhatian khusus kepada nelayan, petani, dan peternak.
Sejak duduk di kursi DPR RI pada 2019 lalu, Ansy memang sengaja memilih Komisi IV yang berhubungan langsung dengan tiga bidang profesi ini.
Menurut putra asli NTT kelahiran Kota Kupang berdarah campuran Ende (Flores) dan Belu (Timor) itu, sektor kelautan dan perikanan, pertanian, dan peternakan merupakan sektor vital pembangunan ekonomi di NTT. Dia yakin, jika tiga sektor vital ini bisa diberdayakan dan dikembangkan, maka NTT dapat segera keluar dari jerat kemiskinan.
"Jadi petani-peternak di NTT itu punya peran penting. Petani-peternak rakyat harus diberdayakan. Apalagi kalau kita buka angka kemiskinan, kemiskinan NTT adalah kemiskinan petani, peternak, dan nelayan. Kalau mau NTT keluar dari jerat kemiskinan, maka sektor pertanian dan peternakan ini yang harus dikembangkan," demikian Ansy sering mengatakan di banyak kesempatan.
Ansy Lema jugalah yang mempopulerkan istilah Nelayan Tani Ternak sebagai kepanjangan NTT, sekaligus pengganti istilah pesimis yang jamak beredar sebelumnya: Nanti Tuhan Tolong; Nasib Tidak Tentu; atau Nusa Tidak Terurus.
Namun tidak cukup sampai di situ, Ansy Lema menambahkan, ada sektor penunjang lainnya yang harus digenjot agar ketiga sektor vital tersebut dapat diperluas jangkauan manfaatnya, salah satunya adalah pendidikan.
Oleh karena itu, pada hari terakhir kunjungannya ke Maumere, mantan Aktivis '98 itu menyempatkan diri berkunjung ke tiga lembaga pendidikan sekaligus, yakni: Universitas Nusa Nipa (UNIPA); Seminari Bunda Segala Bangsa; dan Institut Filsafat dan Teknik Kreatif (IFTK) Ledalero.
"Pendidikan penting gak? Sangat-sangat penting. Tetapi untuk merelasikannya dengan dunia kerja, saya punya tekanan kepada pendidikan vokasional, yang sesuai dengan stretching point saya yang tiga ini," katanya saat berdiskusi dengan dosen dan mahasiswa IFTK Ledalero.
Pada kesempatan ini, sebagai contoh, Ansy Lema mengkritik prespektif pertanian tradisional yang saat ini masih terus dijalankan, yang hanya berkutat pada tiga proses dasar menanam, panen, lalu dikonsumsi atau dijual seadanya. Dia menyebutnya sebagai tanam-petik-konsumsi atau tanam-petik-jual.
"Harusnya tanam-petik-olah-jual. Olah ini, ada integrasi knowlegde di situ. Ada industrialisasi di situ. Ada integrasi riset, inovasi," terangnya.
Sebab itulah Ansy Lema mengaku mendatangi kampus-kampus, termasuk IFTK Ledalero yang alumnusnya telah menyebar di berbagai belahan dunia, bertujuan untuk mengajak para akademisi ikut andil dalam memikirkan konsep pembangunan ekonomi di NTT, khususnya terkait pengembangan riset dan inovasi.
"Peran Ledalero di situ. Dan pasti Ledalero lebih jago berpikir dari Ansy. Maka saya butuh, saya datang ke sini. Saya sowan ke sini. Tolong kasih saya konsep. Ditanya, Ansy Lema tahu semua? Gak juga! Gak tahu semua. Gak tahu semua. Tapi minimal saya tahu prioritas yang akan saya lakukan. Maka dengan kerendahan hati saya datang ke kampus-kampus," ungkapnya.*