Pastor Paroki Sta. Columba Putain, Rm. Patrisius Tampani/Dok. Pribadi.
KANAWAADVANCE.COM -- Rumah Pastor Katolik di wilayah Putain, Kecamatan Amanatun Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) disegel oleh umatnya sendiri.
Alasan penyegelan disebutkan dalam video yang beredar dikarenakan pastor paroki maupun pastor pembantu selalu selalu susah ketika diminta untuk melayani misa.
Salah satu warga mengungkapan dengan keras bahwa pastor hanya cari uang semata.
Baca juga: Batal Hadir Karena Kesehatan Terganggu, Megawati Titip Pesan Haru Untuk Masyarakat Ende
“Ini manusia (pastor) pencari doi. Dia datang hanya duduk makan, tapi (ketika) kita minta dia layani (misa) orang mati, susah mo mati. Ini bukan baru pertama, tapi sudah sekian lama," ujar salah satu warga yang ikut menyegel rumah pastor tersebut.
Video penyegelan rumah pastor sudah tersebar melalui media sosial sejak tanggal 24 Mei 2024, sehingga banyak orang yang tertarik untuk menonton video tersebut.
Dia melanjutkan, jika romo mau cari uang di Putain, disini uang tidak ada, cari di Malasya, pastor tidak bagus ini.
Baca juga: Dianggap Menghina Orang NTT, Selebgram Cantik Ade Chaerunisa Dipolisikan
“Romo mau cari uang di Putain, disini tidak ada uang. Pergi cari uang di Malaysia sana. Pastor tidak bagus ini. Datang sonde tau terima kasih sedikit ke umat," lanjutnya.
Tanggapan Pastor Paroki Putain
Dikutip dari media Katolikpedia.id, persoalan tersebut sudah dikonfirmasi secara langsung kepada pastor paroki Sta. Columba Putain Rm. Patrisius Tampani.
Romo Patris menanggapi beberapa hal yang sempat menyita perhatian seluruh umat di Katolik di Putain, TTS khususnya dan NTT umumnya.
Ada 4 yang menjadi tanggapan romo terkait persoalan tersebut:
- Untuk saya, soal tidak jelas.
- Memang benar ada kematian anak (Densy Fay) dari salah satu umat Putain (Bapak Marsel Fay ponakan dari Rm. Kornelis Usboko, Pr). Meninggal di Kalimantan, lalu jenazah diantar ke putain. Keluarga minta untuk dilayani tapi saya tidak layani. Alasannya yang bersangkutan sudah protestan; menikah dengan suami yang antara lainnya adalah protestan, dan memilih keluar katolik. Menurut saya, jenazah itu "milik" protestan bukan milik gereja katolik lagi. Mungkin ini alasan keluarga segel pastoran.
- Alasan lain, untuk pastoran ini adalah keluarga merasa punya andil untuk pastoran itu (katanya mereka yang cape bangun). Ini selalu disebut-sebut. Karena tidak dilayani anak mereka yang sudah murtad, ya saya dengan Rm. Veran harus keluar dari rumah itu. Makanya mereka tidak segel gereja,tapi cuma segel rumah pastor itu.
- Rumah pastoran yang dibangun oleh keluarga Usbok (katanya), sudah direnovasi total tahun 2016 oleh pastor paroki sekarang, menggunakan uang keuskupan. kalau pihak lain yang keberatan soal ini, silahkan tunjukan gambar (foto) hasil bangunan lama untuk dibandingkan dengan rumah sekarang.
Terima kasih.
Salve.
Itulah tanggapan singkat dari pastor paroki Sta. Columba Putain Rm. Patrisius Tampani.*