Yohanis Fransiskus Lema, Calon Gubernur NTT |
KANAWAADVANCE.COM--Setelah menerima Surat Tugas dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai calon Gubernur NTT, Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) langsung melakukan serangkaian langkah persiapan dan koordinasi.
Salah satu langkah prioritas adalah menemukan pasangan calon wakil gubernur (cawagub) yang tepat untuk maju dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) NTT 2024.
"Salah satu langkah awal yang menjadi prioritas saya adalah menemukan calon wakil yang tepat. Ada beberapa kriteria yang akan mendasari pilihan saya. Kriteria pertama adalah Takut akan Tuhan," urai Ansy Lema di Jakarta, Jumat, 28 Juni 2024.
Ansy mengaku sudah melakukan komunikasi dengan bakal cawagub yang akan mendampinginya dan pada saat yang tepat akan diumumkan kepada publik. Ia mengaku, ia telah mempertimbangkan bacawagub yang akan mendampinginya berdasarkan berbagai aspek.
Ansy lantas menjelaskan, pemimpin yang "Takut akan Tuhan" adalah pemimpin yang memimpin dengan hikmat Tuhan. Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat. Artinya, figur cawagub selalu berusaha mencari dan menemukan kehendak Tuhan ketika merencanakan, memutuskan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan publik. Bekerja tulus mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan kemanusiaan adalah prinsip-prinsip yang sejalan dengan ajaran Tuhan.
Ansy menjelaskan, pemimpin yang "Takut akan Tuhan" selalu mencari tuntunan ilahi dalam mengemban setiap tugas akan memotivasi seorang pemimpin dalam mengejawantahkan nilai-nilai spiritualitas dalam pelayanan kepada masyarakat.
"Inilah prinsip “TAS” pertama, yaitu spiritualitas dalam kepemimpinan publik. Jika memulai sesuatu dilandasi dengan tuntunan ilahi, maka seorang pejabat publik akan terdorong untuk selalu melayani kebutuhan sesama, solider, berempati pada kepentingan umum, dan berpihak pada mereka yang lemah dan terabaikan," jelas anggota Komisi IV DPR RI ini.
Kriteria “TAS” kedua, lanjut Ansy, adalah memiliki integritas. Integritas menyangkut relasi antara pemimpin dengan keutamaan karakter atau nilai-nilai (values) yang hidup dalam diri pemimpin.
“Jadi cawagub yang memiliki integritas adalah pemimpin yang jujur, bersih, berani, rela berkorban, taat konstitusi, tulus, dan lurus. Ini penting supaya kami siap pasang badan, kerja profesional, dan mengabdi kepada siapa saja tanpa pandang bulu,” tegas Ansy.
Kriteria “TAS” ketiga adalah kapasitas. Kapasitas berhubungan dengan kompetensi, dalam arti pemimpin harus memiliki visi yang jelas dan terukur, mampu menjalankan visi dengan meyakinkan serta mampu mencari solusi atas berbagai halangan.
Karena itu, Ansy menekankan Cawagub harus mengerti tentang persoalan NTT, potensi NTT, mengkoordinasikannya untuk menemukan solusi, serta mampu mewujudkannya dalam kebijakan lewat kerja nyata di lapangan.
“Bicara kapasitas dan kompetensi adalah bicara soal “isi kepala” pemimpin (quality of discourse) dan kecerdasan teknokratik. Ia tidak hanya berpikir, tetapi mampu menjalankan pikirannya tersebut dalam kerja-kerja nyata dengan output yang jelas dan terukur,” jabar Ansy.
Kriteria “TAS” keempat, sambung Ansy, adalah cawagub harus memiliki jaminan potensi elektabilitas. Elektabilitas menyangkut relasi antara pemimpin dengan konstituen, karena berkaitan dengan politik representasi atau legitimasi tingkat keterpilihan figur cawagub di masyarakat.
“Saya percaya cawagub yang Takut akan Tuhan, berintegritas, dan berkapasitas dapat meningkatkan elektabilitasnya, yang memberi insentif elektoral kepada saya. Artinya, keunggulan politik nilai akan terkonversi menjadi politik angka elektoral. Keunggulan nilai dan karakter personal cawagub akan membuatnya bersinar, dan kemudian mendongkrak elektabilitas,” ujarnya.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Tenggelamkan 2 Kapal Wisata di Labuan Bajo
Selain empat kriteria “TAS”, Juru Bicara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 ini berharap, figur cawagub juga harus memiliki semangat inklusif, toleran dan merangkul keberagaman.
Ansy beralasan, pemimpin inklusif sangat penting karena NTT adalah miniatur NKRI. Provinsi di tenggara Indonesia ini memiliki keanekaan budaya, bahasa, dan agama. Maka figur yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin adalah seseorang yang mampu merangkul kebhinekaan dan hadir di tengah keanekaragaman tersebut. Pemimpin adalah perekat kebhinekaan, bukan peretak keberagaman.
"Yang mampu memahami dan menghargai orang lain yang berasal dari latar belakang berbeda. Cawagub harus pandai merajut tenun kebhinekaan di NTT," sambung Ansy.
Politisi yang akrab disapa dengan panggilan Kaka Ansy itu juga berharap cawagub memiliki perhatian dan kepedulian terhadap isu perempuan dan kesetaraan gender, kesehatan dan pendidikan, pertanian dan perikanan, pemberdayaan milenial dan gen Z serta peningkatan kualitas sumber daya manusia di NTT.
“Selain itu, cawagub harus memiliki keberpihakan kepada konservasi ekologi yang melibatkan masyarakat adat, pro investasi yang ramah ekologis dan pro rakyat, serta mendukung penuh pembukaan lapangan kerja baru,” papar Ansy.
Ansy percaya, cawagub yang memiliki rekam jejak spiritualitas, integritas dan kapasitas dapat membentuk pasangan dwitunggal yang solid, kompak, siap, dan memiliki komitmen untuk mempercepat pembangunan di NTT.*