Menuntut Keadilan, Umat Kristiani Di Distrik Sargodha Turun Ke Jalan-Jalan

Menuntut Keadilan, Umat Kristiani Di Distrik Sargodha Turun Ke Jalan-Jalan / Photo:doc.


KANAWAADVANCE.COM--Nasir, seorang pemilik pabrik di Distrik Sargodha, Punjab dituduh membakar halaman-halaman Alquran didaerah pemukiman koloni Mujahid. Pengusaha pabrik sepatu tersebut, diserang oleh masa yang berjumlah sekitar 400 orang dengan bersenjatakan pentungan, batu bata, dan batu.

Kejadian itu mengundang rasa simpatik dari sesama umat Kristiani. Semua umat Kristiani dari kota Peshawar di Khyber Pakhtunkhwa hingga  di Sindh meminta keadilan terhadap korban. Mereka berkumpul dalam jumlah besar dengan turun ke jalan-jalan untuk memprotes serangan massa terhadap dua rumah dan sebuah pabrik sepatu tersebut pada 25 Mei 2024.

Nosherwan Iqbal, ketua Komite Perdamaian di divisi Hazara, Provinsi  Khyber Pakhtunkhwa menuntut keadilan bagi komunitas Kristen disana, karena tragedi ini berulang kembali.

Baca juga: Terobsesi Perang di Game Online, 2 Mahasiswa dan 1 ABH Terancam 2 Sampai 20 Tahun Penjara

“Kami menuntut keadilan bagi komunitas (Kristen). Tragedi ini terulang kembali,” kata Nosherwan Iqbal

Kepada UCA News pada 26 Mei, Nosherwan Iqbal, menegaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang cinta damai.

“Saudara kami yang seorang pengusaha menjadi korban. Kami adalah orang-orang yang cinta damai,” tegas Iqbal

Akmal Bhatti, seorang pemimpin politik Katolik dan ketua MA Pakistan yang juga merupakan seorang demonstran mengatakan tanggal 25 Mei sebagai hari kelabu.

Baca juga: Pater Budi Kleden Terpilih Jadi Uskup Agung Ende yang Baru

"Umat Kristiani di Peshawar menyatakan tanggal 25 Mei sebagai “hari kelabu” dan lebih dari 500 pengunjuk rasa di Dewan Distrik Faisalabad Chowk di Punjab  memblokir lalu lintas selama dua jam  sebagai protes," kata Akmal Bhatti.

Seorang perampuan yang bertindak sebagai koordinator MAP, yang tidak ingin namanya disebutkan mengungkapkan bahwa harga diri mereka tidak aman, ketika laki-laki mereka menjadi korban hukum agama yang sensitif.

“Kami merasa harga diri kami tidak aman. Ketika laki-laki kami menjadi korban berdasarkan hukum agama yang sensitif, perempuan menderita dan anak perempuan mereka diadili,” ungkapya.

Lanjutnya lagi, upaya pembunuhan di Sargodha menekan masyarakat dan anak-anak.

“Upaya pembunuhan di Sargodha telah menekan masyarakat dan anak-anak kami,” tutupnya.

Baca juga: 2 Imam di Filipina Diduga Terlibat Pendanaan Teroris

Pastor paroki Gereja Katolik Divine Mercy di koloni Mujahid, Pastor David John mengatakan situasi kini sudah terkendali.

"Situasi kini sudah terkendali, hanya beberapa keluarga saja yang telah kembali meskipun polisi telah menjamin kami akan perlindungan," ungkapnya.

Akibat situasi yang belum begitu kondusif, dalam perayaan pesta Tritunggal Maha Kudus kurang dari 50 umat yang hadir.

“Kami khawatir dengan penargetan yang berulang-ulang. Kurang dari 50 umat Katolik menghadiri pesta Tritunggal Mahakudus di koloni Mujahid pada 26 Mei," terang Jhon yang merupakan salah satu Anggota Komite Perdamaian.

Mgr. Joseph Arshad, Uskup Agung Islamabad-Rawalpindi  melakukan pertemuan dengan para pejabat gereja dan anggota parlemen pada 25 Mei (malam) di Sargodha. Beliau mengecam serangan brutal tersebut dan terhadap lima kasus penodaan terhadap umat Kristen di Sargoha.*


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak