Kisah Rambu Anggi dari Soe: dari Jual Sayur dan Kayu Api hingga Raih S2 di Jawa

Rambu Anggi dari Soe, TTS/Dok. Pribadi.


KANAWAADVANCE.COM -- Sebuah kisah inspiratif datang dari seorang gadis cantik dari Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur.

Adalah Yusti Anggi Umbu Pingge (Rambu Anggi), nona Soe yang berhasil menyelesaikan studi hingga jenjang magister di sebuah kampus di Kota Kediri, Jawa Timur.

Perjalanan panjang yang tidak mudah bagi Rambu Anggi hingga meraih S2-nya.

Kini dia mempunyai gelar Magister Kesehatan Masyarakat (MKM) sehingga nama lengkap dan gelarnya menjadi Yusti Anggi Umbu Pingge A.Md.Keb., S.Keb.,Bd., M.K.M.

Perjalanannya hidupnya mengajarkan kita bagaimana meraih cita-cita dengan kondisi ekonomi yang terbatas. Dia mengajarkan cara merawat harapan di tengah kesulitan hidup.

Sejak tahun 2022, dia bekerja di Klinik Kusuma Pertiwi, Kediri, Jawa Timur.

Rambu Anggi.

Anak Broken Home

Dalam sebuah tulisan di akun Facebooknya, Rambu Anggi menyebutkan bahwa dia hidup sebagai seorang anak broken home.

Sejak orangtuanya berpisah, dia tinggal dengan nenek. Namun ibunya selalu ada untuknya.

Realitas hidup demikian memaksanya untuk berjuang keras meski tidak tahu akan berlabuh di mana nasibnya.

Dia tinggal bersama nenek sejak kecil dan harus belajar bekerja keras untuk mencari sesuap nasi.

Sejak saat SD-SMP dia mulai mandiri. Sepulang sekolah tidak tidur siang karena dia harus jualan sayur dan kayu api keliling komplek Oe'ekam.

Rambu Anggi menceritakan uang dari hasil jualan dia berikan ke nenek buat kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

Saat jualan dan tiap kali ada yang beli, dalam hati dia bilang: "semoga suatu saat saya bisa jadi pembeli kembali".

Jika sayur tidak laku, dia pulang dengan air mata karena menangis.

Ketika di sekolah, setiap kali guru bertanya tentang cita-citanya, Rambu Anggi memilih tidak menjawab karena kondisi ekonomi yang tidak mungkin untuk mengakses pendidkan ke jenjang lebih tinggi.

"Waktu saya SD, SMP, SMA setiap kali guru tanya cita-cita, saya pasti diam tidak jawab karena saya tau kondisi ekonomi tidak memungkinkan," tulis Rambu Anggi.

Ibu dari Rambu Anggi.

Balas Hinaan dengan Prestasi

Sering kita mendengar atau melihat kata-kata motivasi tentang membalas hinaan dengan prestasi.

Yusti Anggi Umbu Pingge, telah membuktikan itu.

Dia telah berhasil mengaplikasikan kata-kata itu kedalam perjalanan hidupnya. 

Gadis sawo matang ini menjadikan cemoohan, hinaan, dan anggap remeh dari orang lain termasuk tetangga sebagai batu loncatan untuk menjadi lebih baik.

Hinaan bagi dia adalah semangat untuk tetap kuat dan berjuang.

Ada tetangga selalu omong ke dia bilang: "model ke dia yag mau kuliah?"

Dia pun selalu direndahkan dengan bilang: "dasar anak tidak ada bapak". 

"Di situ saya manangis, saya juga tidak minta harus seperti itu, tapi Tuhan sudah takdirkan," ungkap Rambu Anggi.

Saat masuk SMA, Rambu Anggi berhenti jual sayur dan kayu api karena ibunya mengambil keputusan untuk kerja, supaya dia bisa bayar uang sekolahnya.

Setelah menyelesaikan SMA, Rambu Anggi diyakini oleh ibunya agar melanjutkan kuliah. 

Awalnya ragu, namun ibunya mengatakan: "Yakin kalau Tuhan selalu ada."

Akhirnya, pada tahun 2017, dia datang ke Kediri untuk kuliah. Saat berangkat dari rumah, nenek menangis, karena harus berpisah jauh dari nenek. 

"Ketika sampai di Kediri, mama tanya lagi, "mau kuliah jurusan apa" Saya bilang, Farmasi. Tapi karena terlambat daftar ulang, saya tidak lulus farmasi. Sempat pikiran dan nangis tapi mama bilang ambil yang lain saja, akhirnya saya putuskan untuk ambil Bidan," ucapnya.

Saat kuliah Rambu Anggi mengalami banyak cobaan. Hal ini karena dia tinggal jauh dari keluarga namun dia tetap bertahan. Dia bertekad agar menyelesaikan kuliah sesuai harapan keluarga.

Akhirnya, tanggal 27 Oktober 2020 dia diwisuda. Saat wisuda juga tidak ada yang mendampinginya.

Nenek dari Rambu Anggi.

Ibuya hanya menyampaikan ucapan selamat kepadanya melalui telepon.

"Dengar itu ke hati ancur karena mama tidak bisa datang. Mama bilang, ''jangan menangis Kaka, nanti Kaka tidak cantik lagi'. Sementara mama sendiri nangis," kisah Rambu Anggi.

Di ruangan wisuda, dia melihat teman-temannya didampingi oleh keluarga dan saat itulah hatinya hancur berkeping-keping karena tanpa didampingi orang-orang tercinta.

"Beta hanya diam dan bilang: "Tuhan su dar kecil ajar beta berjuang, masa pas beta begini baru menangis," katanya.

Namun dia menguatkan hatinya dengan tetap berkata dalam hati: 'Yusti harus bisa seperti yang dulu. Dulu yang orang bakata bilang orang tua bgni begitu beta tutup telinga apa lagi posisi begini'.

Kata-kata itu yang membuat dia tersenyum dan tetap kuat karena dia merasa ada ibu dan nenek yang selalu mendukungnya.

Selang beberapa bulan, dengan kondisi keuangan dari ibu yang cukup bagus dan berkat kerja kerasnya, Rambu pun melanjutkan pendidikan magister di Universitas Kadiri.

"Puji Tuhan, semua beta lalui atas berkat doa nenek, orang tua dan basodara samua," ungkapnya.*

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak