PSN Ngada. |
KANAWA ADVANCE -- Kisah di balik kesuksesan PSN Ngada di gelaran El Tari Memorial Cup (ETMC) 2023 cukup menyayat hati. Mulai dari persiapan yang minim hingga kabar bahwa manajemen klub harus meminjam ratusan juta uang ke salah satu pemain andalannya.
Yoris Nono, yang menjadi striker andalan Laskar Jaramasi di ETMC Rote Ndao adalah "malaikat" yang menyelamatkan gengsi (waka) klub dengan tropi ETMC terbanyak di jagat sepakbola NTT itu.
Kisah tersebut dibagikan oleh Manager PSN Ngada, Aurelius Ropa dalam sebuah sambutan di acara penyambutan PSN Ngada di Bajawa, 6 September lalu.
Tim PSN Ngada tiba di Kota Bajawa setelah melewati pawai yang dikoordinir oleh Ultras Ngada dari Bandara Turelelo, Soa. Setelah penyerahan trofi ETMC oleh Manager PSN Ngada, Aurelius Ropa kepada Bupati Ngada Andreas Paru, Tim PSN Ngada menari Ja'i bersama yang dipimpin oleh Bupati Andreas Paru dan Wakil Bupati Ngada Raymundus Bena.
Sebelum bertolak ke Bajawa, Tim PSN Ngada sempat berziarah ke makam orang-orang Ngada di Rote dan menginap semalam di Kupang demi merayakan kemenangan bersama Ikatan Keluarga Ngada (dan juga Nagekeo) Kupang.
Manajer PSN Ngada, Aurelius dalam sambutannya mengisahkan detik-detik sebelum manajemen klub memutuskan untuk mengikuti ETMC di Rote Ndao.
Diceritakan bahwa manajemen PSN Ngada tidak memiliki dana untuk memberangkatkan pemain dan official ke event paling bergengsi di NTT tersebut.
Sempat putus asa karena tidak didukung anggaran dari Pemkab Ngada, manajemen pun tidak menggelar latihan layaknya sebuah klub di event-event sepakbola.
Namun mukjizat itu datang melalui Yoris Nono, salah satu pemain paling senior di PSN Ngada. Terdorong oleh motivasi untuk memberikan kontribusi terakhir dalam karir sepakbolanya, guru olahraga tersebut rela meminjamkan uangnya sebesar Rp100 juta kepada manajemen klub PSN Ngada.
Aurelius sempat berpikir bahwa tawaran itu hanyalah sebuah lelucon, sang kapten pun meyakinkan bahwa dia memiliki uang sejumlah yang ditawarkan. Akhirnya, manajemen klub pun memutuskan untuk menerima tawaran dan memberangkatkan tim ke pulau paling selatan Indonesia.
Hanya 10 hari klub membuat latihan sebelum bertolak menuju negeri Rote. Sebuah persiapan yang terbilang minim.
Motivasi untuk memberikan tropi terakhir bagi klub kesayangan terus berkobar-kobar dalam diri sang punggawa PSN Ngada.
Meski tidak lagi produktif mencetak seperti ETMC-ETMC sebelumnya, Yoris Nono terbukti mampu membuat tim penuh percaya tampil di setiap fase turnamen.
Kekalahan 0-2 dari Persebata di babak penyisihan tidak membuat anak-anak asuh Kletus Gabhe patah semangat.
Melaju sebagai runner up, Laskar Jaramasi melengggang mulus ke partai puncak sebelum merengkuh tropi untuk kedelapan kalinya. Di partai final, PSN Ngada mengalahkan Bintang Timur Atambua 4-3 lewat drama adu penalti setelah berimbang imbang 0-0 di 120 menit.
Ketika maju sebagai eksekutor penentu kemenangan PSN Ngada, Yoris Nono mengirim di sisi kiri gawang BT Atambua yang membuat kiper mati langkah.
Yoris Nono tak bisa menahan haru karena tak menyangka membawa klubnya menjuarai ETMC persis ketika manajemen klub sedang dilanda krisis keuangan.
Lebih dari itu, ini menjadi kesempatan terakhirnya membela Laskar Jaramasi. Tentu menjadi sebuah moment yang paling bersejarah dalam karir sepakbolanya.
Setelah melalang buana ke beberapa klub sejak ETMC 2019, Yoris Nono sadar bahwa dia dibesarkan oleh tanah kelahirannya sehingga persembahan tropi kedelapan ETMC tahun ini terasa sangat spesial.
Ada percakapan di media sosial yang mendorong Pemkab Ngada untuk memberikan kehormatan khusus kepada Yoris Nono karena jasanya terhadap klub. Misalnya, dengan memberikan tempat di pemerintahan dengan menjadi PNS.
Namun ada kontra-narasi yang meminta sang kapten tetap berkontribusi bagi Ngada melalui cara yang dilakukan selama ini tanpa harus mengabdi di pemerintahan.*