Tiga capres 2024. |
KANAWA ADVANCE -- Terdapat perbedaan sikap dari tiga bakal calon presiden (capres) 2024 saat diminta untuk merefleksikan diri mereka di depan cermin.
Permintaan itu diutarakan jurnalis cerdas Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa bertajuk "3 Bacapres Bicara Gagasan" yang digelar di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa (19/9) malam.
Acara tersebut juga ditayangkan melalui saluran streaming di Youtube Najwa Shihab, Narasi TV dan Youtube UGM. Hingga 21 September 2023 sore, video berdurasi 6,5 jam tersebut telah ditonton lebih dari 5,5 juta orang.
Ketiga capres yang diundang, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Meski Prabowo belum mendeklarasikan diri sebagai capres, namun ia mengungguli kedua kandidat lain dalam sejumlah survei sejak April 2023.
Ketiga bacapres secara bergantian hadir dalam sesi berbeda, untuk bicara gagasan, berdialog dengan civitas academica di Jogyakarta, dan audiens Mata Najwa. Didahului oleh Anies Baswedan, kemudian Ganjar Pranowo dan terakhir Prabowo Subianto.
Najwa Shihab yang terkenal sebagai jurnalis dengan pertanyaan menukik meminta para capres melakukan refleksi di depan cermin yang sudah disediakan setelah mereka menyampaikan gagasan.
Cermin itu berukuran cukup besar sehingga lebih tinggi dari posisi berdiri para capres. Cermin diletakkan di sisi depan-kiri podium yang memungkinkan para kandidat lebih dekat dengan hadirin.
Di tengah hiruk-pikuk isu dan manuver politik yang kian memanas jelang Pemilu 2024, Mba Nana, demikian sapaan sang jurnalis, meminta para capres merenungkan kilas-balik perjalanan hidup mereka, siapa diri mereka, karakter apa yang membuat mereka teguh menjadi calon presiden 2024.
Permintaan Najwa Shihab mengingatkan kita pada salah satu prasasti kuno di Kuil Apollo di kawasan Delphi, di masa Yunani kuno. Prasasti itu bertuliskan: "Kenali dirimu sendiri". Pepatah itu begitu populer dan telah dikutip dan dianalisis oleh banyak penulis dari masa ke masa. Pepatah klasik ini menjadi dasar permenungan umat manusia akan eksistensinya di dunia.
Ada tiga sikap berbeda yang ditunjukkan para capres ketika berada di depan cermin. Anies terlihat gerogi karena mengaku tidak terbiasa berbicara di depan cermin; Ganjar tampak begitu tenang dan tegas; sedangkan Prabowo menolak permintaan Mba Nana.
Bagaimana refleksi diriAnies?
Tatkala berdiri di depan cermin, mantan Gubernur DKI Jakarta ini sempat terdiam sejenak kemudian tertawa ketus. Dia mengaku belum pernah berbicara dengan diri sendiri di depan cermin.
Berikut petikan refleksi diri Anies:
"Saya harus mikir dulu nih. Jadi reflektif ini? Ya oke. (Tertahan sejenak) Ini memulai juga repot. Saya ini nggak pernah ngomong depan kaca, ini pertama kali saya ngomong depan kaca. Ngomong depan kamera lebih mudah daripada ngomong depan kaca pada diri sendiri.
Di tempat ini, di lapangan ini saya kelas 1 SD dan bermain sepak bola pertama kali di lapangan terbuka namanya lapangan STO. Pada waktu itu saya kelas 1 SD sekolahnya di Sekip (Kabupaten Sleman).
Pada tahun 1989, saya berada di lapangan ini, namanya lapangan Pancasila menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada, universitas yang saya impikan sejak SD ketika main di lapangan ini.
Tahun 1991 saya menjadi ketua panitia Ospek untuk mahasiswa baru. Saat itu saya tahun kedua dan saya menyambut adik-adik mahasiswa baru yang kuliah di sini.
Tahun 1992, saya berbicara kepada adik-adik mahasiswa baru menyampaikan kepada mereka bagaimana menjadi mahasiswa di Gajah Mada saat itu saya Ketua Senat mahasiswa UGM.
(Tahun) 2015-2016 di tempat ini, di tempat ini lagi, di tempat ini lagi, bertemu dengan mahasiswa baru menceritakan tentang bagaimana masa depan.
Dan hari ini, 19 Desember 2023, anak yang waktu itu umur 7 tahun main sepak bola di lapangan Pancasila sekarang berada di sini diminta mengemukakan gagasan tentang Indonesia ke depan untuk 275 juta penduduk Indonesia.
Anies, Anies, ingatlah apa yang dikatakan ibumu ketika mengantarkan mau masuk sekolah SD umur 7 tahun. Pada saat itu dipesankan agar kerja keras dan rajin. Ketika masuk kuliah ibumu pesan, 'Anies yang kita miliki cuma nama baik. Jaga nama itu baik-baik.'
Dan hari ini sebelum saya berangkat ke Jogja, ibu saya mendoakan. Ibu saya kembali mengatakan: 'Anies berada di tempat ini semata-mata karena Anies menjaga nama baik. Jaga nama baik itu.' Dan itulah refleksi saya pada sore hari ini. Terima kasih."
Tidak seperti Anies yang bertele-tele menyampaikan refleksinya, Ganjar Pranowo tampak menunduk sejenak kemudian mengangkat wajahnya dan berbicara dengan mantap.
Berikut kata-kata refleksi diri Ganjar:
"Sesuatu yang tidak bisa saya lupakan adalah pesan kedua orangtua saya. Kalau soal jabatan, Jar, jangan pernah kamu kejar. Kalau itu takdirmu, laksanakan dengan baik. Jangan pernah korupsi.
Bismillahirahmanirrahim."
Jauh berbeda dari kedua kandidat yang legowo mengikuti permintaan Najwa Shihab, Prabowo justru ogah. Dia hanya berbicara sejenak di depan cermin dengan sikap sempurna dan hormat. Namun mantan capres di 2 kali Pilpres itu enggan berkata-kata.
Berbalik dari cermin, kandidat capres dengan kekayaan Rp2 triliun ini berjalan ke depan panggung menghadap audiens.
Mba Nana mendesak Ketua Umum Partai Gerindra itu kembali ke depan cermin dan menyampaikan refleksi dirinya. Namun Prabowo justru berpidato sebagai berikut:
"Saya ingat adik-adik. Saya lahir tahun 1951, kita baru satu tahun merdeka. Proklamasi tahun 1945, tapi penyerahan kedaulatan baru tahun 1950.
Karena pada 1949 kita harus perang, penjajah enggak mau pergi kita harus perang. Waktu itu saya umur 22 -24. Saya perwira di tentara, saya bawa anak buah saya berenang di kolam renang Manggarai.
Waktu berenang, saya lihat ada dinding dari marmer tapi tertutup oleh lumut. Saya suruh bersihkan lumut dan saya baca di situ ada tulisan 'Honden en Inlander Verbodeen'.
Ya, artinya, anjing dan pribumi dilarang masuk kolam renang. Saya baca itu tahun 1975. Jadi, dulu kita dijajah, dibantai, diperbudak, dimiskinkan, dan dianggap lebih rendah dari anjing.
Anda minta saya refleksi, saya pernah hidup di tengah orang Eropa. Saya ingat, waktu itu saya satu-satunya murid yang bukan kulit putih, tiap hari saya diejek guru.
Setiap hari dibilang bangsa monyet, ini itu, 'Prabowo your people live on trees'. Saya alami, saya sekolah di beberapa negara selalu mereka bilang begitu, rakyatmu tinggal di pohon, saya mengalami.
Jadi kalau anda minta saya refleksi, saya ingin melihat Indonesia menjadi negara bermartabat, terhormat sebelum meninggal. Saya ingin lihat tidak ada kemiskinan di republik Indonesia.
Saya ingin lihat anak-anak Indonesia kuat, gembira, senyum dan orang tuanya gembira. Itu yang mendorong saya.
Kalau Anda merefleksi saya, saya tidak mau bangsa saya dihina terus. Saya ingin bangsa saya terhormat berdikari.
Saya ingin melihat adik-adik saya semua nanti pake mobil, naik motor, pakai jam, pakai sabun, pakai parfum, dan pakai sepatu buatan Indonesia. Itu yang saya cita-citakan, terima kasih, selesai."
Pidato itu diakhiri dengan sikap hormat kepada Mba Nana yang disambut dengan tepuk tangan penonton.*